Friday 29 January 2016

MENGONVERSI PENGGALAN NOVEL KE DALAM TEKS DRAMA PENDEK


Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat mengonversi teks novel ke dalam teks drama pendek sesuai dengan struktur dan kaidah yang baik.
Kita main kuis-kuisan lagi yuk! Kali ini bayangkan kalian sebagai seorang calon penulis dengan sebuah ide yang sederhana. Mari kita mainkan games-nya!
Urutkanlah menjadi cerita yang paling horor sedunia.

Bagaimana kawan? Ternyata bermain menjadi seorang penulis itu cukup menyenangkan ya? Berbagai ide muncul tenggelam dalam benak kita, yang seolah-olah membuat kita membayangkan sebuah adegan film dengan banyak gambar yang berwarna. Itulah imajinasi!       Menulis merupakan salah satu pekerjaan kreatif yang menyenangkan. Dengan imajinasi, kita lebih bebas berekspresi tanpa harus terjegal hambatan-hambatan yang membatasi kehendak kita. Karena imajinasi tak punya batasan. Jadi mari kita melatih diri untuk bebas berkreativitas dengan menulis.
      Trik paling dasar untuk bisa menulis novel adalah sering-sering mencoba mengembangkan kalimat sederhana menjadi kalimat deskripsi yang hidup. Misalnya saja, kalimat gadis itu bermain bola menjadi gadis yang rambutnya dikepang dua itu bermain bola kasti di lapangan berdebu atau gadis berperawakan montok itu bermain-main dengan bola bekel di bawah pohon pinus sendirian. Coba bandingkan hasil perluasan deskripsinya, beda perluasan beda pula suasana yang terbangun kan?
      Maka dari itu latihan mendeskripsikan adegan itu penting dalam menulis novel, sama pentingnya dengan latihan memperluas interpretasi kita saat mengonversi teks novel itu sendiri menjadi teks drama. Apalagi, ketika menyusun sebuah teks drama, kita perlu memerinci adegan agar dapat mudah dipraktikan dalam akting. Untuk itu ketika mengonversi penggalan teks novel menjadi teks drama perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengonversi ke drama.

1. Perdalam lagi karakter tokoh yang ada dalam cerita
Dalam drama, penggambaran tokoh dapat ditajamkan melalui berbagai cara, seperti penjelasan tokoh lain, dialog, atau penampilan ketika akting. Dalam penggalan novel belum tentu watak tokoh tersebut dinarasikan dengan jelas, maka seorang penulis naskah drama hasil konversi dari novel perlu berkreasi. Bisa jadi, karakter tokoh tertentu dalam teks drama hasil konversi teks novel sedikit berbeda, seperti penggarapan film Perempuan Berkalung Sorban berdasarkan novel dengan judul yang sama.
2. Membedakan sudut pandang cerita
Bisa jadi, teks drama tidak terlalu banyak mengeksploitasi sudut pandang penceritaan orang pertama seperti dalam novel. Karenanya, drama lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga dari berbagai sisinya.
3. Dialog-dialog kunci
Dalam novel, kita sering luput dalam membuat kata-kata khusus yang akan membuat pembaca terkenang. Nah, dalam drama kesempatan itu dapat terjadi dengan cara memperhatikan adegan yang terdapat dialog-dialog kunci, seperti dialog Romeo saat ditanya namanya menjawab “Apalah artinya sebuah nama, mawar pun akan tetap harum meski tanpa nama.”
4. Perkembangan cerita
Satu lagi, dalam konversi novel ke dalam drama, terkadang sang penyusun harus sedikit observasi dengan mengembangkan cerita, latar, alur, atau subkonflik agar terasa memikat. Karena bagi pembaca novel versi aslinya, menonton drama dengan konsep yang sama akan terasa membosankan.

Perhatikan latihan mengonversi berikut!

Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini menjelma menjadi sekuntum crinum gigantium. Sebab tiba-tiba ia mekar sumringah dan posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu. Kerudungnya juga berwarna bunga crinum, demikian pula bau bajunya, persis crinum yang mirip bau vanili.
(Laskar Pelangi – Andrea Hirata. Hlm. 9)
Hasil konversi
Prolog
Ibu guru masuk ke dalam kelas dengan wajah yang lebih sumringah.
Dialog
Ibu Muslimah : Syukurlah semuanya sudah berkumpul. (Jemarinya memegang ujung kerudung jingganya)
Murid : Ya… Bu. (Menjawab serempak)
Ibu Muslimah : Terima kasih juga untuk bapak-bapak dan ibu yang berkenan hadir di hari pertama sekolah. (Bibir tersenyum sangat tulus)
Catatan
Inovasi cerita dalam drama akan membuat penggambaran latar lebih hidup. Apalagi ketika drama tersebut dipentaskan. Oleh sebab itu, imajinasi penyusun teks drama hasil konversi dari novel sangat diharapkan.

Poin Penting

Kekuatan perwatakan tokoh sangat penting dalam drama, maka buatlah konflik yang bombastis agar penokohan yang kuat akan teruji.

EVALUASI ISI PENGGALAN TEKS NOVEL

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat membaca teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami struktur dan isinya.
2. Siswa dapat mencermati teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami isi dan pesan yang disampaikan dalam cerita.
3. Siswa dapat mengevaluasi isi penggalan teks cerita fiksi dalam novel.
Pencinta quippers semua, sebelum belajar mari kita sedikit refresing dengan games asah otak dan wawasan kita tentang novel ini!

      Bagaimana kawan-kawan? Permainan yang baru saja dimainkan cukupkah menguji wawasan kita mengenai perkembangan novel di Indonesia? Novel-novel dan penulis-penulisnya tersebut sudah demikian terkenal di benak pecinta sastra tanah air. Penulis-penulis tersebut menjadi populer, bukan saja karena penghasilan yang didapatkan dari royalti penjualan karya mereka, tetapi juga karena kualitas karya mereka yang mampu memotivasi banyak pembaca. Novel-novel yang berkualitas selalu berisikan harapan-harapan atau luapan cita-cita terhadap kondisi ideal sebuah persoalan.
      Pada dasarnya, sebuah novel merupakan opini atau pendapat yang hendak disampaikan penulis terhadap berbagai persoalan hidup yang ada di dunia. Solusi-solusi yang ditawarkan dalam sebuah novel tidak hanya berisikan angan-angan belaka. Banyak sekali, karya-karya novel yang berdasarkan kisah nyata dan menyediakan gambaran solusi permasalahan yang nyata. Adapun, sifat novel yang berisikan teks cerita fiksi tentu berisi juga hal-hal yang direkayasa. Meskipun demikian, solusi dalam novel tidak sedikit yang dijadikan referensi ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Misalnya saja, dalam novel Laskar Pelangi diutarakan pendapat mengenai kondisi belajar-mengajar yang manusiawi, sehingga banyak dijadikan rujukan penelitian tentang pendidikan.
      Pendapat-pendapat yang ada dalam teks cerita fiksi dibawakan oleh tokoh rekaan sang penulis. Keadaan tokoh dan keadaan sekitar tokoh menjadi media untuk menyampaikan informasinya. Keterangan tempat dan waktu, yang dalam hal ini adalah latar, menjadi bingkai dari keadaan faktual sekitar pembaca. Maka dari itu, seorang penulis fiksi akan memaparkan masalah sebagai konflik cerita. Sebelumnya penulis akan menggambarkan penyebab masalah dan di akhir cerita penulis akan menggambarkan akibat masalah atau solusi dari permasalahan yang dihadapi sang tokoh utama.
      Konflik dalam novel sangat kompleks atau dengan kata lain dapat terdiri lebih dari satu konflik, akan tetapi, terdapat satu benang merah sebagai ide cerita utama. Jalinan-jalinan masalah tersebut nantinya akan bermuara pada satu masalah utama di puncak rangkaian cerita.
      Nah, bagaimana jika kita dihadapkan pada satu penggalan novel saja? Seperti sudah diutarakan sebelumnya, bahwa novel adalah sebuah bentuk teks makro, di dalamnya terdapat teks-teks mikro. Sebuah penggalan tertentu dari novel tetap ada satu konflik yang diutarakan. Untuk itu, ketika kita mengevaluasi penggalan novel, perlu diperhatikan dengan saksama langkah-langkah berikut.

  1. Garis bawahi pernyataan umum berupa masalah awal yang muncul dalam penggalan novel.
  2. Urutkan sebab sampai akibat dari masalah tersebut. Adakalanya, kita bisa mengurutkan masalah hingga solusi yang disampaikan dalam penggalan novel.
  3. Daftar informasi-informasi penting yang muncul dalam penggalan novel.
  4. Tentukan informasi yang mendasari pikiran sang pengarang dalam penggalan novel tersebut.
  5. Berikan juga catatan-catatan lain untuk mendukung hasil evaluasi kita terhadap penggalan novel, seperti unsur intrinsik yang muncul, gaya bahasa yang menarik, serta kalimat-kalimat deskripsi perluasan. Contoh kalimat deskripsi perluasan: pelajar itu melamun menjadi pemuda berseragam abu-abu itu tenggelam dalam keheningan hingga pikirannya melayang tak karuan.

Mari kita praktik mengevaluasi isi penggalan teks novel berikut ini!


(Novel Ketika Cinta Bertasbih Part. 2, hlm. 16)

Evaluasi isi penggalan teks


Poin Penting

Tema adalah ide dasar sebuah cerita. Untuk memahami sebuah tema yang ada dalam teks mikro maupun makro sebuah novel, pembaca harus menguraikan alur peristiwa dengan runut.

EVALUASI STRUKTUR DAN KAIDAH KEBAHASAAN PENGGALAN TEKS NOVEL


Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat membaca teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami struktur dan isinya.
2. Siswa dapat mencermati teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami ciri kebahasaannya.
3. Siswa dapat mengevaluasi teks cerita fiksi dalam novel berdasarkan struktur dan kaidah-kaidah kebahasaannya.
Saatnya kita sampai di penghujung materi pembelajaran kelas XII. Tidak terasa, tiga tahun sudah kita berseragam putih abu-abu. Banyak sekali kepingan-kepingan kenangan yang sungguh berat untuk ditinggalkan. Apapun itu, belajar adalah kegiatan seumur hidup. Meskipun materi formal dalam pembelajaran hampir usai, pasti banyak sekali kesempatan bagi kita untuk terus mengasah diri dalam belajar.
      Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kita telah banyak mengetahui dan memahami materi, terutama pembelajaran sastra. Bagi pembelajaran sastra dalam bahasa Indonesia, kegiatan yang harus sering kita lakukan adalah membaca. Apalagi di pembelajaran terakhir ini, kita dihadapkan pada teks cerita fiksi dalam novel. Mempelajari novel akan membuka wawasan kita terhadap permasalahan yang kompleks dari sudut pandang kreatif dan kritis. Kita dilatih lebih bijaksana ketika membaca permasalahan dalam novel, karena novel merupakan cermin kecil dari dunia nyata.
      Novel, yang di dalamnya berbentuk teks cerita fiksi, dibentuk dari sekumpulan unsur-unsur yang saling berkaitan. Hal ini sebagai jembatan ide yang hendak disampaikan sang pengarang kepada para pembacanya. Hakikatnya, teks cerita fiksi berjenis teks narasi. Dalam sebuah teks narasi, terdapat aspek-aspek berikut: penyampai cerita (sudut pandang), pelaku cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), permasalahan cerita (tema), serta ruang dan waktu cerita (latar). Oleh para ahli, aspek-aspek tersebut termasuk ke dalam unsur intrinsik cerita.
      Maka, untuk bisa menguraikan unsur intrinsik tersebut, kita harus membaca novel dengan saksama. Berikut ini adalah ikhtisar kaidah yang kita kenali dari sebuah novel.

  1. relatif lebih panjang dari cerpen (walaupun ada juga yang pendek),
  2. terdiri atas 45.000 kata atau lebih,
  3. novel bersifat expands (meluas) dan complexity (kompleks).       Kita tidak bisa dengan mudah begitu saja mengungkap inti permasalahan cerita (tema) yang ada dalam sebuah cerita novel. seperti sudah disampaikan pada poin ketiga, bahwa novel bersifat kompleks, sehingga di dalam novel terdapat banyak masalah yang diungkapkan. Masalah-masalah tersebut dicari benang merahnya dan dikelompokan secara hubungan kausalitasnya (sebab-akibat).       Selanjutnya, dalam bagian-bagian penting yang berhubungan secara kronologis dalam cerita itu disusun menjadi sebuah rangkaian cerita (alur). Secara umum, sebuah teks cerita fiksi mengandung lima bagian, yakni: abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda. Bagian-bagian tersebut terkadang tidak selalu tersusun secara berurutan, sehingga terdapat bermacam alur, seperti alur maju, mundur, atau campuran. Bagian-bagian dari rangkaian cerita (alur) dalam novel, dikenali sebagai struktur pembangun teks. Namun, untuk sebuah penggalan novel tentu tidak semua bagian itu dapat dijelaskan secara rinci. Oleh sebab itu, bagian-bagian tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok utama, yakni bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.       Untuk membawakan ide dalam novel, tentu diperlukan para penyampai yang terlibat sebagai pelaku cerita (tokoh). Para pelaku cerita ini dibuat sedemikian rupa sesuai dengan pesan yang hendak dibawa dalam cerita. Maka dari itu, para pelaku cerita ini dilengkapi juga dengan perwatakannya. Dengan demikian, penulis novel boleh berandai-andai sebagai pelaku langsung atau menggunakan tokoh rekaan. Hal tersebut bergantung sudut pandang pengarang dalam menyampaikan cerita.       Terakhir, ketika mengevaluasi teks cerita fiksi, kita harus memperhatikan ruang cerita yang dipakai pengarang dalam karyanya. Ruang ini berupa kondisi tempat, waktu, dan suasana cerita (latar).       Nah, mengenai kaidah kebahasaannya. Tentu ini berkaitan dengan cara penyampaian pengarangnya. Terkadang dalam menarasikan cerita, pengarang memilih alur yang cepat untuk genre aksi dan petualangan, seperti yang dilakukan oleh Dan Brown (The DaVinci Code) dan Zaynur Ridwan (The Greatest Design) atau alur lambat untuk genre roman dan religius, seperti Habiburahman ElShirazy (Ayat-ayat Cinta) atau HAMKA (Di Bawah Lindungan Ka’bah). Ciri kebahasaan novel juga dapat dilihat dari diksi yang dipakai dalam cerita yang dipengaruhi oleh idealisme sang penulis, seperti banyak menggunakan diksi-diksi metaforis (perlambangan) yang seringkali dipakai Iwan Simatupang (Ziarah) dan Paulo Coelho (The Alchemist), asosiatif (perumpamaan) yang sering dipakai oleh Tere Liye (Ayahku bukan Pembohong) atau Raditya Dika (Cinta Brontosaurus), atau bisa juga ciri kebahasaannya naturalis belaka seperti yang dipakai dalam novel-novel metropop dan teenlit.       Untuk lebih melatih kemampuan kita dalam mengevaluasi sebuah teks cerita fiksi dalam novel, berikut ditampilkan sebuah penggalan novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye sebagai bahan latihan.

    Perhatikan penggalan novel berikut.



Contoh Evaluasi Struktur dan Kaidah Kebahasaan


Poin Penting

Teks cerita fiksi dalam novel merupakan teks makro, sehingga penganalisisan atau pengevaluasiannya harus menyeluruh. Adapun, ketika mengevaluasi bagian tertentu dalam teks novel berarti kita hanya mengevaluasi teks mikronya saja.

MENULIS SINOPSIS NOVEL


Tujuan Pembelajaran:
Siswa memahami cara menulis sinopsis novel.

Dalam materi ini, kita akan mempelajari cara menulis sinopsis novel. advertise
advertise Sinopsis adalah karangan yang berisi ringkasan dari sebuah novel. Membuat sinopsis novel tidak seperti meringkas buku nonfiksi. Meringkas novel harus tetap memperhatikan karakter tokoh, latar, serta perkembangan alur peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel. Ada beberapa langkah cara membuat sinopsis novel. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca terlebih dahulu novel. Tujuannya adalah untuk memahami isi novel dengan baik.
2. Memahami dan mengelompokkan berbagai peristiwa berdasarkan alur atau plot. Cerita umumnya tersusun atas beberapa tahapan alur.

  1. Memahami tokoh dan perwatakannya. Meski sinopsis berisi ringkasan novel, penulis novel tetap harus menampilkan karakter tokoh. Penjabaran karakter ini bisa ditampilkan dengan narasi pembuat sinopsis.
  2. Menentukan gagasan pokok cerita. Gagasan adalah ide-ide pokok cerita.
  3. Merangkai gagasan-gagasan pokok cerita menjadi sebuah sinopsis

Cermati sinopsis dan analisisnya di bawah ini.

Judul Buku: Air Mata Terakhir Bunda karya Kirana Kejora
  1. Novel menyentuh dan inspiratif yang mengisahkan tentang seorang ibu yang tinggal di desa kecil Renokenongo, yang sekarang ini menjadi Tanah Lumpur’, Sidoarjo. Seorang ibu yang hidup dengan kemiskinan, kesederhanaan, dan kekuatan batinnya berjuang sendiri menghidupi dan mengantarkan kesuksesan kedua anak laki-lakinya, Delta dan Iqbal. ( Abstraks: pengantar cerita)
  2. Sriyani menghidupi kedua anak mereka dengan berjualan lontong kupang dan kuli cuci. Meski mereka hidup di bawah garis kemiskinan, namun Sriyani selalu berpesan kepada kedua anaknya untuk tidak mengeluh kepada kemiskinan. ( Alur: orientasi berisi pengenalan latar dan tokoh cerita. Gagasan pokok cerita berupa Sriyani berusaha keras menghidupi kedua anaknya.)
  3. Dengan segala daya dan upaya, Sriyani tetap berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Ia tidak ingin anak-anaknya berpendidikan rendah, seperti dirinya. Delta dan Iqbal adalah anak yang cerdas, terutama Delta. Setelas lulus SMA, ia diterima di Fakultas Teknologi Informatika ITS.
    ( Alur: komplikasi tahap awal masalah mulai terjadi. Masalah mulai muncul ketika Delta diterima di perguruan tinggi negeri. Gagasan pokok cerita berupa Sriyani berjuang untuk pendidikan kedua anaknya.)
  4. Selama menempuh pendidikannya di ITS, Delta mencari tambahan biaya kuliah dengan mengajar privat dan mengerjakan tugas mahasiswa-mahasiswa yang malas. Sriyani pun lebih giat bekerja agar dapat mengirimi Delta uang.Namun selama Delta kuliah di ITS, Delta jarang pulang kampung karena kesibukannya. Selama kuliah tidak seorang teman pun yang tahu ibu Delta. Sriyani tidak mau menunjukkan diri kepada teman-teman Delta. Sriyani tidak ingin Delta malu memiliki ibu seperti dia. Seperti yang ia lakukan ketika Sriyani datang ke kos Delta. Ia datang menitipkan lontong kupang, uang, dan sebuah buku kepada teman Delta. Hingga akhirnya ketika Delta tiba di kosnya, ia berlari mengejar Sriyani. Sriyani hanya berpesan belajarlah, jadilah orang pintar, dan baca buku yang ia berikan.

    (Alur: komplikasi tingkat perkembangan masalah. Peningkatan masalah terjadi ketika Delta mulai sibuk dan hampir jarang pulang. Teman-teman Delta pun tidak ada yang mengetahui ibu Delta. Sriyani pun tidak ingin jati dirinya diketahui teman-teman Delta karena ia khwatir Delta malu dengan keadaaan dirinya. Gagasan pokok cerita berupa Delta dan Sriyani berjuang demi keberlangsungan pendidikan Delta.)
  5. Sampai akhirnya Delta lulus dengan cum laude. Ia sudah menyiapkan baju kebaya dan kain untuk Sriyani di acara wisudanya. Ia memohon agar Iqbal mau membawa baju itu. Namun Iqbal menyampaikan pesan Sriyani bahwa baju itu tetap diletakkan saja di kos Delta. Sampai akhirnya acara wisuda berlangsung. Sriyani tidak datang. Yang datang justru kabar duka. Sriyani pergi selama-lamanya.
    (Alur: komplikasi berisi titik puncak masalah. Titik puncak masalahnya adalah kabar Sriyani meninggal. Gagasan pokok cerita berupa Delta lulus dengan nilai cum laude. Ia ingin ibunya ikut menyaksikan wisudanya.)
  6. Kini Delta sudah menjadi orang sukses. Ia seorang pengusaha sukses di bidang IT dan minyak. Ia menikah dengan wanita pilihannya, lauren.
    (Resolusi/ Penyelesaian masalah adalah solusi terhadap Masalah. Penyelesaian masalah berupa Delta menjadi sukses dan menikahi Lauren.
    Gagasan pokok cerita berupa Delta menjadi orang sukses.)
  7. Meski Delta sudah menjadi sosok yang sukses. Ia tetap tidak bisa melupakan ibunya. Ia menempatkan ibunya sebagai perempuan utamanya. Pesan ibunya diingatnya hingga akhir hayatnya, jangan pernah menjual derita masa lalu untuk sebuah masa depan.Kehidupan adalah sekarang, masa depan adalah rancangan.
    (Koda: pesan yang terkandung adalah menempatkan ibu sebagai sosok yan utama. Ajarannya diingatnya selalu, Kehidupan adalah sekarang, masa depan adalah rancangan. Gagasan pokok cerita berupa Delta menempatkan ibunya sebagai perempuan utama.)[/important)

    Poin Penting

Sinopsis adalah karangan yang berisi ringkasan dari sebuah novel. Membuat sinopsis novel tidak seperti meringkas buku nonfiksi. Ada beberapa langkah membuat sinopsis. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Membaca terlebih dahulu novel.
2. Memahami dan mengelompokkan berbagai peritiwa berdasarkan alur atau plot.
3. Memahami tokoh dan perwatakannya
4. Menentukan gagasan pokok cerita.
5. Merangkai gagasan-gagasan pokok cerita menjadi sebuah sinopsis

MENGANALISIS TEKS CERITA PENGGALAN NOVEL

Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu menganalisis penggalan teks novel.


Pada topik kali ini, kita akan belajar tentang cara menganalisis novel. Dengan menganalisis, kita akan menguraikan teks novel ke dalam unsur-unsurnya. Misalnya, kita mengenal tokoh sebagai bagian dari unsur novel. Nah, bagaimana cara kita menentukan tokoh dalam novel tersebut? Lalu, bagaimana untuk menentukan unsur novel lainnya?
      Kita dapat menganalisis sebuah novel melalui unsur-unsur intrinsiknya. Misalnya, kita mengenal tokoh Hasan dalam novel Atheis karya Achdiat K. Mihardja atau tokoh Gadis Pantai yang digunakan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul sama, Gadis Pantai. Setelah menentukan tokoh-tokoh dalam novel, kita dapat menjelaskan tentang watak atau cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh.
      Selain unsur-unsur instrinsik, kita dapat menganalisis hal yang lebih luas seperti makna dan nilai-nilai kehidupan yang ada pada novel. Karya sastra tidak bisa sebatas analisis struktur dengan menentukan setiap unsur-unsurnya. Kita perlu melihat karya sastra sebagai hal yang memberikan manfaat kepada pembaca. Pengarang pasti hendak menyampaikan suatu hal penting dalam karyanya dan hal seperti ini akan sangat menarik untuk dianalisis.
      Perhatikan contoh menganalisis penggalan novel di bawah ini.
1.
      Pada penggalan tersebut, kita dapat mengetahui tokoh yang ada dalam novel, yakni Meage dan Irewa sekaligus kita dapat memahami bahwa pengarang menggunakan teknik penggambaran tokoh lain dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Hal itu dapat dilihat dari kalimat Meage melihat Irewa sangat cantik …. Penggambaran Irewa dapat diketahui dari pernyataan Meage yang sedang melihatnya.
2.
      Penggalan novel tersebut menunjukkan latar tempat dari sebagian tempat yang digambarkan dalam novel. Latar tempat dapat dipahami dengan penggambaran lembah dan wilayah yang dijelaskan secara detail oleh pengarang, untuk mengenalkan tempat tinggal Malom dan keluarganya yang menjadi tokoh dalam novel tersebut.
Mari kita simak, unsur-unsur lainnya yang bisa dianalisis!
Tema

      Pada penggalan teks tersebut, kita dapat menentukan tema yang diangkat oleh pengarang. Melihat penggambaran peristiwa tentang pengisolasian pulau dan pemasokan senjata maka dapat dilihat bahwa ada pertikaian dalam masyarakat. Tema konflik sosial dalam masyarakat menjadi tema yang dipilih oleh pengarang.
Amanat
      Penentuan amanat dalam novel dapat dilihat dari kata-kata yang mengarah pada pesan penting untuk pembaca. Pesan tersebut hasil dari makna dalam cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang. Misalnya, seperti pada penggalan teks novel Harimau! Harimau! ini.
      Keadaan psikis yang dialami tokoh Buyung tersebut dapat menjadi amanat yang penting bagi pembaca. Amanat tersebut dapat disimpulkan dari keinginan pengarang untuk mengajak pembaca merenungkan diri tentang berbagai hal yang telah dilakukannya di dunia. Dosa yang mereka telah perbuat dan dosa tersebut baru disadari saat keadaan berbahaya atau dalam keadaan yang sulit.. Gambaran ini menjadi amanat bahwa kita perlu mengingat kesalahan dan segera memperbaikinya sebelum kesempatan untuk hidup biasa tidak bisa dirasakan lagi.
Gaya Bahasa
      Gaya bahasa ini sangat bergantung pada setiap pengarang. Gaya bahasa dapat dilihat dari kelihaian pengarang menjalin cerita dengan menggunakan bahasa yang dapat menghasilkan suasana yang mencekam, emosional, menjengkelkan, penuh keindahan, dan sebagainya. Hal itu dapat dilihat pada penggalan novel berikut ini.

      Kita dapat melihat gaya pengarang yang halus dan menyusun kata dengan teratur untuk menggambarkan keadaan alam, seperti matahari yang dipersonifikasikan sebagai manusia yang dapat memanjat. Selain itu, pengarang juga memberikan gambaran indah tentang daun, bunga, lumut, pohon tua, burung, dan bumi yang membuat seolah-olah mereka digambarkan sebagai hal yang benar-benar hidup.
Nilai-Nilai
Pembaca diberikan penggambaran tentang berbagai nilai seperti nilai sosial, nilai budaya, nilai agama, dan sebagainya seperti pada penggalan teks berikut ini.


Poin Penting

  1. Novel dapat dianalisis dengan memperhatikan bagian-bagian unsurnya, yakni tokoh, latar, dan alur. Selain itu, tema, amanat, gaya bahasa, dan nilai-nilai kehidupan menjadi bagian analisis yang penting.
  2. Saat menganalisis, berikan kesimpulan tentang makna yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya tersebut.

STRUKTUR TEKS NOVEL

Secara garis besar, novel terdiri atas bagian perkenalan, konflik, dan penutup. Struktur tersebut berhubungan erat dengan unsur-unsur intrinsik, seperti alur, tokoh, dan latar. Marilah kita mengenal struktur novel dalam karya sastra Indonesia.
Novel sebagai Bagian dari Karya Sastra Indonesia
advertise
advertise Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel diartikan sebagai ‘karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’. Bangunan novel disusun oleh unsur intrinsik, yang meliputi:
  1. Tema, merupakan pokok pikiran yang berfungsi menjadi dasar cerita.
  2. Alur (plot), merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu kejadian. Tahap alur meliputi pengenalan, penampilan masalah, pemunculan konflik, puncak ketegangan (klimaks), peleraian (antiklimaks), dan penyelesaian (konklusi).
  3. Tokoh (perwatakan), merupakan sifat dasar atau budi pekerti tokoh.
  4. Latar, merupakan situasi dan kondisi saat cerita berlangsung, berupa waktu, tempat, serta suasana dan keadaan sosial.
  5. Sudut pandang, merupakan cara pengarang menceritakan tokoh.
  6. Diksi (pilihan kata), merupakan kata-kata yang digunakan untuk menceritakan kisah secara utuh.
  7. Amanat, merupakan pesan yang disampaikan lewat nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
Di dalam sebuah novel, teks yang dipakai biasanya bersifat naratif. Novel disusun berdasarkan struktur sebagai berikut.


Struktur Novel


  1. Abstrak, merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanya bisa ditemukan pada bagian awal cerita.
  2. Orientasi, merupakan bagian penjelasan mengenai latar waktu dan suasana terjadinya cerita, terkadang juga berupa pembahasan penokohan/perwatakan.
  3. Komplikasi, merupakan urutan kejadian yang dihubungkan oleh sebab-akibat, di mana setiap peristiwa terjadi karena adanya sebab dan mengakibatkan munculnya peristiwa lain.
  4. Evaluasi, merupakan bagian di mana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi terarah menuju suatu titik tertentu.
  5. Resolusi, merupakan bagian yang memunculkan solusi atas konflik yang terjadi.
  6. Koda, merupakan bagian akhir atau penutup cerita.

Poin Penting


  1. Novel tersusun atas struktur makro.
  2. Struktur makro novel meliputi: (a) abstrak; (b) orientasi; (c) komplikasi; (d) evaluasi; (e) resolusi; dan (f) koda.
  3. Struktur makro novel berhubungan juga dengan unsur-unsur intrinsik.
  4. Untuk memahami unsur makro novel harus memahami dahulu unsur-unsur intrinsik novel.

Thursday 14 January 2016

Teks “Anekdot Hukum Peradilan”

Peradilam merupakan suatu sistem atau proses penegakan hukum dan keadilan. Ini berarti bahwa peradilan  merupakan suatu proses untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan melalui pengadilan. Peradilan sangat penting karena segala peraturan hukum yang diciptakan di dalam suatu negara, guna menjamin keselamatan masyarakat dan yang menuju kepada tercapainya kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, maka adanya peradilan yang baik dan teratur serta mencukupi kebutuhan adalah suatu keharusan di dalam susunan negara hukum.

Setiap negara mempunyai sistem peradilannya sendiri, tidak terkecuali negar Indonesia. Secara historis, Negara Indonesia sebenarnya tidak memiliki sistem peradilan sendiri dan sistem peradilan yang ada di Indonesia merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda, kecuali mungkin sistem peradilan adat. Sistem peradilan Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan, terutama pasca era reformasi dan setelah UUD 1945 diamandemen.

Layanan publik sering mendapatkan kritik atau menjadi bahan lelucon yang membuat gelak tawa. Kritik atau lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot. Pada pelajaran ini, kalian akan diajak untuk menyelami bahasa dalam anekdot yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau lelucon di bidang layanan publik. Bidang yang tercakup dalam layanan publik amat luas, salah satu diantara nya adalah dalam bidang hukum. Seperti pada teks anekdot yang diadaptasi dari http://politik.kompasiana.com berikut ini advertise
advertise
Anekdot Hukum Peradilan
  1. Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut.
  2. Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara  jembatan yang rapuh. Setelah itu, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
  3. Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Setelah itu, hakim memanggil si Tukang Kayu.
  4. Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.” Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, Hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
  5. Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu itu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
  6. Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus dihukum dan memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, “Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!”
  7. Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, ”Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?” Si Pengawal menjawab, ”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.” Sang Hakim bertanya, “Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?” Si Pengawal menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita.” Sang Hakim marah besar, “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!” Setelah itu, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
  8. Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim, “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnya sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”
  9. Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, ”Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!”
< 1. Struktur Teks
Teks anekdot itu panjang, tetapi struktur teksnya sederhana yaitu abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^ koda.
  1. Abstraksi adalah bagian di awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks. Biasanya bagian ini menunjukkan hal unik yang akan ada di dalam teks.
  2. Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana peristiwa terjadi. Biasanya penulis bercerita dengan detil di bagian ini.
  3. Krisis adalah bagian dimana terjadi hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan. 
  4. Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian crisis tadi. 
  5. Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan memberi kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang ditulis.
StrukturKalimat
AbstraksiPada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. (1)
OrientasiSuatu pagi saat Tukang Pedati melewati jembatan, jembatan itu tidak kuat,sehingga dagangan, kuda dan Tukang Pedati itu jatuh ke sungai. Si tukang pedati dan keluarganya melaporkan si pembuat Jembatan ke hakim,karena merasa dirugikan.(1 dan 2) 
KrisisTidak ada yang mengaku bersalah, Si ukang Jembatan menyalahkan si Tukang kayu,si Tukang kayu menyalahkan Si Penjual Kayu,dan si Penjual kayu menyalahkan pembantunya.Meraka saling membela diri.(3, 4, 5 dan 6)
ReaksiPenjara tidak muat untuk si Pembantu yang gemuk, dan dia tidak punya uang untuk disita.Lalu Si Hakim menyuruh pengawalnya untuk mencari pembantu yang berbadan kurus, pendek dan punya uang dan memenjarakanya.(7)
KodaAkhirnya pembantu yang berbadan pendek, kurus,dan punya uang dimasukan penjara dan disita uangnya. Peradilan pun dianggap adil.(8)

Partisipan yang terlibat pada anekdot tersebut adalah partisipan manusia, seperti yang mulia hakim. Partisipan manusia yang lain adalah:
  1. Si Tukang Pedati dan keluarganya.
  2. Si Pembuat Jembatan 
  3. Si Tukang Kayu.
  4. Si Penjual Kayu.
  5. Si Pengawal
  6. Si Pembantu berbadan tinggi dan gemuk.
  7. Si Pembantu berbadan pendek, kurus, dan punya uang.

Dalam teks anekdot itu tidak terdapat unsur lucu, tetapi menggambarkan kekonyolan bahwa orang yang tidak bersalah dihukum dan dimasukkan ke penjara. Karena penjara tidak muat untuk pembantu berbadan gemuk itu, dan dia juga tidak punya uang untuk disita. Maka pembantu yang berbadan pendek, kurus,dan punya uang dimasukan penjara dan disita uangnya. Peradilan pun dianggap adil.
Dalam teks anekdot itu terkandung sindiran, yaitu keputusan yang tidak adil dikatakan adil. Yang disindir adalah pelaku peradilan di Indonesia, khususnya Hakim.
Salah satu pengandaian yang ditemukan dalam teks anekdot di atas adalah bahwa peradilan itu dilaksanakan di suatu negara, bukan di negara kita. Pengandaian yang lain adalah:
  1. Seandainya si Tukang Pedati tidak melewati Jembatan maka dia tidak mungkin jatuh
  2. Seandainya zaman dahulu ada Polisi, maka Masyarakat tidak bisa melapor langsung kepada Hakim
  3. Seandainya kayu Jembatan itu kuat, maka si Tukang Pedati tidak akan jatuh
  4. Jika Penjara itu besar, dan Pembantu gemuk dan tinggi itu mempunyai uang, maka dia akan dimasukkan ke dalam Penjara.

Dua contoh lawan kata yang digunakan pada anekdot tersebut adalah adil-tidak adil dan benar-salah. Maksudnya adalah bahwa sesuatu yang tidak adil dikatakan sebagai sesuatu yang adil dan sesuatu yang salah dikatakan sebagai sesuatu yang benar atau sebaliknya. Contoh lawan kata yang lain adalah sebagai berikut.
  1. Tinggi x Pendek
  2. Kurus x Gemuk
  3. Punya uang x Tidak punya uang
  4. Bodoh x Pintar
Dalam anekdot tersebut terkandung konjungsi lalu untuk menyatakan urutan peristiwa. Konjungsi yang berfungsi sejenis dengan itu adalah a) kemudian (b) mula-mula (c) selanjutnya (d) Setelah itu.
Fungsi konjungsi yang dapat digantikan oleh kata-kata. Sebagai contoh, konjungsi setelah dapat diungkapkan dengan sesampainya di hadapan hakim (paragraf 4). Kata-kata lain seperti itu pada teks anekdot itu adalah: (a) Namun sayang (b) Beberapa menit kemudian (c) Setelah (d) Oleh karena itu.
Dari teks anekdot tersebut, dapatkah kalian menyimpulkan bahwa orang yang tidak dapat berdebat di sidang pengadialan akan kalah? Tunjukkan buktinya pada teks anekdot tersebut.
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim.
Apakah keadaan itu menggambarkan bahwa layanan publik di bidang hukum belum bagus? Pelayanan publik di Negara ini terbukti belum bagus, karena penegak hukum yang ada masih tergiur oleh godaan uang yang berjumlah sangat besar. Dan banyaknya para pelaksana hukum yang tidak adil

Membuat Dialog “Anekdot Hukum Peradilan”

Anekdot menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) yang bertuliskan bahwa pengertian anekdot adalah cerita lucu karna menarik dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Dengan bentuk dan gambaran yang singkat dan pendek, anekdot mempunyai sifat yang sangat lentur sehingga memiliki banyak pembaca. Sedangkan teks dialog adalah teks yang menampilkan dua orang pembicara atau lebih seperti dalam teks drama. Teks anekdot dapat dibuat menjadi teks dialog.

Cara Mengubah Teks Anekdot ke Dialog

Untuk mengubah teks anekdot menjadi teks dialog dapat dilakukan dengan cara mengubah cara penulisan alinea atau paragraf-paragraf dalam  teks anekdot kedalam bentuk percakapan atau dialog. Dalam kalimat percakapan kalimat langsung ditulis dengan penutur dipisahkan menggunakan tanda titik dua (:), kemudian diikuti dialog. Keterangan yang bersifat informatif dan naratif di dalam anekdot di buat menjadi keterangan penyerta pelaku dalam dialog. Keterangan tersebut di tulis di luar dialog dengan ciri tanda kurung ( . . . ).

Perhatikan contoh teks dialog dari "Anekdot Hukum Peradilan" berikut ini.

Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut. Suatu ketika salah seorang warga merasa dirugikan dan dia pun segera melapor ke meja peradilan.

Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Setelah itu, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
Tukang Pedati:“Yang Mulia Hakim, saya merasa dirugikan karena kejadian kemarin. Saya mohon Si pembuat jembatan itu dituntut dan dihukum karena perbuatanya!”
Hakim:“Baiklah, permintaan anda saya kabulkan. Pengawal ! panggil Si Tukang Pembuat Jembatan dan bawa dia kesini!”
Pengawal:“Baik Yang Mulia Hakim.” (pergi mencari Si Tukang Pembuat Jembatan)

Setelah beberapa jam kemudia pengawal membawa si tukang pembuat jembatan, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima.
Pengawal:“Ini tuan si tukang pembuat jembatan itu.”
Hakim:“Silahkan duduk!”
Pembuat jembatan:”Apa salah hamba Yang Mulia sehingga saya harus datang ke pengadilan dan duduk di kursi terdakwa ini ?”
Hakim:“Kesalahanmu adalah membuat jembatan yang tidak memenuhi standar sehingga telah mengakibatkan si tukang pedati beserta pedati dan barang dagangan mereka jatuh ke sungai.”
Pembuat Jembatan:"Maaf Yang Mulai, hamba membuat jembatan menggunakan kayu yang saya beli dari pedagang kayu. Kayu tersebut kualitasnya jelek Yang Mulia"
Hakim:"Kalau kamu sudah tahu kualitas kayunya jelek, mengapa kayu tersebut tetap kamu gunakan?
Pembuat jembatan:"Begini Yang Mulia, jika saya harus menggunakan kayu yang berkualitas baik maka harganya tinggi sehingga saya hanya mendapat untung yang sedikit. Selain itu tukang kayu tersebut juga merupakan rekanan dari seorang Punggawa Istana sehingga saya tidak bisa menolak ketika ia memberikan kayu yang berkualitas jelek tersebut."
Hakim:"Oh, begitu ceritanya. Kamu saya bebaskan dari tuntutan. Pengawal bawa keluar si pembuat jembatan dan bawa kehadapanku si tukang kayu!"
Pengawal:"Baik Yang Mulia."
Setelah beberapa jam kemudia pengawal membawa si tukang kayu.

Hakim:“Silahkan duduk!”
Tukang kayu:Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?”
Hakim:"Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.”
Tukang  kayu:"Kalau itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.”
Hakim:“Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.”
Pengawal:“Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!”
Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu. Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim.
Penjual kayu:“Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?”
Hakim:“Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.”
Penjual kayu:“Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu itu.”
Hakim:(Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu) “Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!”.

Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu, seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim.
Pembantu gemuk:“Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?”
Hakim:“Kesalahanmu sangat besar karena kamu menyediakan kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.”
Pembantu gemuk:"Anu Yang Mulia, anu....., anu....." (penjelasan si pembantu gemuk tidak memuaskan sang hakim)
Hakim:“Hai pengawal bawa si Pembantu ke dalam penjara dan suruh dia mengganti rugi atas kecelakaan yang dialami si tukang pedati !”.
Pengawal:“Baik Yang Mulia” (pengawal membawa pembantu gemuk ke dalam penjara)

Setelah beberapa menit kemudian pengawal kembali memasuki ruang persidangan dan menghadap sang hakim.
Hakim:”Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?”
Pengawal:”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.”
Hakim:“Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?”
Pengawal:“Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita.”
Hakim:(marah) “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!”
Setelah itu, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Pembantu kurus:“Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?”
Hakim:(dengan enteng) “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”

Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut.
Hakim:”Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?”
Masyarakat:(serempak) “Adiiill!!!”.

Pembantu kurus pun dipenjara dan diminta uangnya untuk ganti rugi sekaligus upah bagi yang mulia hakim. Perkara pun selesai dan semua rakyat pun pulang dengan rasa bahagia kecuali pembantu gemuk yang harus mendekam dalam penjara dan kehilangan uangnya.

Menceritakan Ulang
Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada Yang Mulia Hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. Si Pembuat Jembatan disalahkan karena kayu untuk bahan jembatan itu tidak kuat dan menyebabkan jembatan runtuh. 
Tidak ada yang mengaku bersalah, Si ukang Jembatan menyalahkan si Tukang kayu,si Tukang kayu menyalahkan Si Penjual Kayu,dan si Penjual kayu menyalahkan pembantunya. Meraka saling membela diri.
Akhirnya si pembantu yang berbadan gemuk dan tidak memiliki uang dijadikan korban. Namun, penjara tidak muat untuk si Pembantu yang gemuk, dan dia tidak punya uang untuk disita. Si Hakim menyuruh pengawalnya untuk mencari pembantu yang berbadan kurus, pendek dan punya uang dan memenjarakanya.Akhirnya pembantu yang berbadan pendek, kurus,dan punya uang dimasukan penjara dan disita uangnya. Peradilan pun dianggap adil

Wednesday 13 January 2016

Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Latar belakang pengarang memiliki peran yang besar dalam memberikan nuansa dan nilai dalam proses penciptaan karya sastra. Latar belakang tersebut, di dalamnya merangkum berbagai macam kondisi dimana sang pengarang memijakkan kaki, entah itu kondisi politik yang sedang bergejolak, maupun ideologi pengarang itu sendiri. Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, kelahirannya di tengah-tengah masyarakat tiada luput dari pengaruh sosial, budaya dan psikologi. Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan relitas sosial kemasyarakatan.

Misalnya saja Andrea Hirata yang dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan.
Pada novel Laskar pelangi banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.
pengarang novel
Perhatikan penggalan cerita dari novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri berikut ini dengan saksama.
  1. Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir yang hingga kini masih seperti itu ketika aku meninggalkannya hampir tujuh tahun yang lalu (NSdI, 2004:18).
  2. Aku merasa, kehidupanku telah mati setelah kembali ke Rimbo Pematang, tak kudapati umi. Setelah abah hanyut dibawa Sungai Indragiri, aku hanya memiliki umi yang kutinggalkan hampir setahun di penjara (NSdI, 2004:62).
  3. Tahun 1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah bencana di kampungnya. Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12 tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk kampung itu akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk sekadar mempertahankan hidup (NSdi, 2004:38).

Dari penggalan cerita di atas, dapat diketahui bahwa latar tempat yang digunakan pengarang dalam novelnya adalah sebuah kampung di dekat Sungai Indragiri. Seperti yang kalian ketahui, sungai tersebut berada di Provinsi Riau. Meskipun Desa Rimbo Pematang adalah daerah fiktif yang diangkat pengarang dalam ceritanya, tetapi penggambaran desa ini dapat mewakili gambaran kondisi beberapa daerah Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Dengan membaca kutipan yang ada di atas dapat digambarakan bahwa novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri secara jelas menyingkap kondisi sosial masyarakat Provinsi Riau dewasa ini. Dalam novel tersebut terdapat gambaran keterbelakangan dan kemiskinan yang ada di Provinsi Riau. Keadaan politik yang memburuk menyebabkan harga rupiah yang anjlok, sehingga harga karet dan kayu melambung tinggi. Hal ini menyebabkan PT Riau Maju Timber “merampas” hutan masyarakat Rimbo Pematang. Pendeskripsian latar tempat tersebut membuat pembaca mengetahui secara detail suasana kampung yang dilukiskan pengarang sehingga pembaca seolah-olah bisa turut merasakan suasana tersebut.

Perhatikan pula nukilan cerita dari novel Laskar Pelangi berikut ini dengan cermat.
  1. Tak disangsikan, jika di-zoom out, kampung kami adalah kampung terkaya di Indonesia. Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan rupiah aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras seperti kawanan tikus terpanggil pemain seruling ajaib Der Rattenfanger von Hameln. Namun, jika di-zoom in, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia tertimbung di dalam batas tembok-tembok tinggi Gedong.
  2. Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika diumpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup komunitas Melayu Belitong yang jika belum punya enam anak belum berhenti beranak pinak. Mereka menyalahkan pemerintah karena tidak menyediakan hiburan yang memadai sehingga jika malam tiba mereka tak punya kegiatan lain selain membuat anak-anak itu.
  3. Di luar tembok feodal itu berdirilah rumah-rumah kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-rumah asli Malayu ini sudah ditinggalkan zaman keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya karena tak ingin berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya uang. (Laskar Pelangi, 2007:49—50)

Secara jelas telah diungkapkan pengarang dalam novel Laskar Pelangi bahwa kehidupan yang kontras terjadi pula di daerah Belitung. Provinsi Riau dan Belitung sebenarnya daerah kaya di republik ini, tetapi ternyata masih terdapat daerah miskin di sana. Lalu, bagaimana tanggapan kalian tentang kehidupan yang seperti ini?
Novel Laskar Pelangi mengangkat kisah kehidupan masyarakat Melayu Belitong yang miskin dan berada di bawah hegemoni pertambangan timah besar, PN Timah. Latar perkampungan Melayu yang diceritakan dalam novel ini adalah Gantong, desa pesisir yang hanya memiliki satu Sekolah Dasar berbasis Islam yang keadaannya sama memprihatinkan dengan kampungnya. Jarang ada orang tua yang mau menyekolahkan anaknya di sana, bahkan sekolah itu akan ditutup apabila tidak bisa memenuhi kuota murid sepuluh orang.
Penggambaran dua sisi kehidupan yang berbeda dalam  novel ini begitu kontras, antara masyarakat miskin Melayu dan orang-orang Gedong yang mayoritas bukan Melayu (pendatang dari Jawa, dan sebagainya) sekaligus penguasa PN Timah. Keberadaan orang-orang Non-Melayu yang justru menguasai perekonomian di Belitong dengan perusahaan timah besar itu juga mencerminkan tingkat pendidikan dan kelas sosial mereka. Orang yang berpendidikan tinggi menguasai perekonomian dan memiliki kelas sosial tinggi pula. Orang yang tidak menguasai perekonomian dan produksi, dalam novel ini masyarakat Melayu Belitong, termasuk dalam kelas sosial rendah karena mereka tidak berpendidikan tinggi.
Mengutip tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kemerdekaan yang telah diraih harus dijaga dan diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis.
Perhatikan nukilan berikut ini. Uraikan pendapat kalian tentang apa yang digambarkan pengarang pada kutipan itu.
  1. “Banyak anak usia sekolah di kampungku yang tidak sekolah, Fahmi. Aku berharap, beberapa tahun lagi di Rimbo Pematang sudah ada SMP dan SMA sehingga anak-anak di sana dan kampung terdekat tidak harus menyeberang sungai ke sini untuk sekolah... (NSdI, 2004:20).
  2. Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada jalan beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, karena hanya lampu teplok yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak dan tidak hanya sebatas SD, agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh perahu ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke SMP maupun SLTA. Hal inilah yang membuat banyak anak di kampungnya yang akhirnya memilih tidak sekolah dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti yang dilakukan orang dewasa di kampung ini; menakik getah, menjala ikan, dan turun ke sawah (NSdI, 2004:34).
  3. Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi danau baru, mungkin juga puluan kampungl lainnya di sepanjang aliran sungai. Kalid juga masih ingat ketika itu, setelah air surut dan normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu datang tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang meninggal ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1986, karena bantuan obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah membuat distribusi bantuan tersendat, ini belum lagi masalah birokrasi yang selalu menjadi penghambat penyaluran bantuan dalam bencana apapun (NSdI, 2004:51).

Apakah kalian setuju bahwa tingkat keterbelakangan suatu kaum dipengaruhi oleh faktor kemiskinan?
Sangat setuju karena kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya. Salah satu penyebab kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

Kemiskinan merupakan masalah multidimensional di Indonesia. Padahal Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Kemiskinan ini tidak hanya ditandai oleh rendahnya pendapatan penduduk, tetapi juga digambarkan oleh rendahnya kualitas kesehatan dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Setujukah kalian dengan pernyataan ini?
Sangat setuju karena dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang adalah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan fasilitas umum/publik, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat manajemen usaha.